16 Oktober, 2014

Mah, Aa sono. Aa sono mulih ka lembur,,


Mamah, Aa sono. Tos tilu dinten di Bandung teh kalah bingung bade damel naon, kulintang kulinting henteu jelas kieu.” bunyi sms yang kukirim ke Mamah. Sudah tiga hari tinggal di Bandung, niatnya cari kerja tapi ternyata cari kerja di Bandung gak segampang yang dibayangkan.
Aa pengen punya kerjaan dengan usaha sendiri. Aa udah coba ngelamar dengan datangin kebeberapa tempat, kaya kafe, hotel dan toko pakaian tapi hasilnya nihil. Mereka semua nolak Aa, katanyasedang tidak ada lowongan. Minimal pendidikan juga mesti SMA, sayangnya Aa cuman lulusan Mts dari kampung. Sehari-hari belajar ngaji dan ga punya pengalaman kerja sama sekali.
Berhari-hari cuman bengong di kamar, rasanya ga semangat apalagi mau makan, udah ga ada nafsu makan. Bapak melangliat Aa banyak bengongnya, padahal Bapak udah nawarin Aa buat bantuin Bapak aja di bengkel bikin-bikin dompet, “Belajar heula weh Aa da moal langsung bisa dari pada henteu meunang pagawean wae” ujarnya.
Dari pada bengong terus dan ga dapet kerja aja akhirnya kuputuskan buat terima tawaran Bapak bantuin di bengkel. Usaha Bapak memang lagi maju-majunya, banyak pesanan dompet dan buku agenda dari perusahaan-perusahaan ternama salah satunya perusahaan telekomunikasi di Bandung. Bisnis Bapak maju pesat, keuangan keluarga pun membaik.
Perhiasan disekujur tubuh Mamah jadi bukti kalau usaha suaminya di Bandung cukup berhasil, Mamah dan keluarga sangat bangga dengan kesuksesan Bapak. Derajat keluarga kami di kampung pun naik dengan drastis, banyak tetangga yang ikut senang dengan keberhasilan keluarga kami dan berharap anaknya bisa ikut kerja dengan Bapak tapi banyak juga yang iri, mencibir dan menggosip kalau uang yang Bapak dapetin dan keberhasilan usahanya karenamunjung”.
Mamah seringkali curhat denganku dan Aangtentang cibiran tetangga. Kami sebagai anak-anaknya selalu rindu dengan kabar dan ceritanya apalagi ini pertama kalinya aku harus tinggal berjauhan dengan Mamah, berbeda dengan Aang kakakku yang sudah lebih dulu tinggal di Bandung dan punya kesibukan sendiri. Walaupun ia sibuk, Aang selalu menyempatkan waktu buat sekedar nanya kabar atau tanya sudah makan atau belum.
Aang ku jauh berbeda dengan orang kebanyakan, dia laki-laki tetapi juga seorang perempuan. Sejatinya Aang lahir sebagai seorang perempuan yang berjenis kelamin laki-laki walaupun berbeda, aku dan Mamah tetap sayang sama Aang. Aang lebih memilih tinggal di Bandung karena tidak mau Mamah dan keluarga malu karena ia seorang waria. Aang tahu Mamah, aku dan kedua adikku sayang Aang.
Oya, aku adalah anak kedua dari empat bersaudara. Aang anak pertama Mamah dari suaminya yang pertama sedangkan aku dan dua adikku adalah anak dari suami Mamah yang kedua. Aang dan adik-adiknya sangat dekat, Aang juga sayang dan perhatian kepada kami semua. Hidup yang sempurna bukan,,
Bapak sudah bertahun-tahun tinggal di Bandung, awalnya Bapak kerja pada orang lain namun lama-kelamaan Bapak coba memulai usahanya sendiri. Sayangnya usaha yang maju pesat dan keuangan yang berlimpah tidak dibarengi dengan perhatian kepada keluarga yang cukup.
Hampir satu bulan aku bantu Bapak di bengkel, hampir satu bulan juga Bapak tanya aku seperlunya. Kami tidak pernah ngobrol lama, palingan Bapak suruh aku makan atau kasi uang buat rokok, “Gera tuang A, eta artos roko aya na meja Bapak candak weh” ujarnya. Hanya itu kalimat yang Bapak lontarkan selebihnya Bapak sibuk dengan pekerjaannya.
Lewat satu bulan, aku sudah mulai mahir membuat pola, menjahit dan menjadi sebuah dompet. Aku mulai coba-coba mencari pekerjaan di tempat lain, Bapak tidak mengijinkan tapi aku keukeuh ingin mandiri dengan bekerja pada orang lain. Akhirnya kesempatan itu datang juga, ada satu perusahaan kecil di cibaduyut yang tertarik dengan kemampuanku dan mulai memperkerjakanku.
Saat itu aku yakin bisa mandiri. Setelah satu tahun bekerja, aku berkenalan dengan seorang gadis, akhirnya kami berpacaran dan tidak lama kami berdua memutuskan untuk menikah. Kami masih sangat belia, saat itu usiaku baru 20 tahun sedangkan istriku berusia 19 tahun tapi usia muda tidak jadi halangan bagi kami untuk menikah. Setahun kemudian lahirlah anak hasil pernikahan kami, anak perempuan mungil yang cantik dan berbulu mata lentik seperti ibunya.
Kebutuhan hidup keluarga kecilku makin meningkat, kebutuhan hidup sehari-hari dan biaya tidak terduga yang harus dipersiapkan jika sesuatu terjadi seperti biaya ke dokter ketika si kecil sakit dan lainnya. Gadis kecilku sekarang berusia 2tahun, aku harus pandai-pandai menabungapalagi istriku tidak bekerja. Aku harus extra kerja keras menyiapkan uang untuk keluargaku dan masa depan gadis kecilku.
Ini sudah tahun ke empat aku bekerja tapi gajiku tidak bisa dibilang besar, kenaikan gaji pun ala kadarnya. Aku pun mulai jenuh bekerja di sini karena rasanya tidak ada perubahan yang besar dalam hal keuangan. Memang uang bukan segalanya tapi mendapatkan kesempatan yang jauh lebih baik rasanya layak buatku.
Pada suatu hari, aku dikenalkan oleh Aang pada sebuah lembaga bernama KAP, aku tidak mengerti lembaga macam apa ini. Aku diminta untuk mengikuti kegiatan life skill selama tiga hari. Banyak materi yang didapatkan seperti pembuatan life history, penggalian potensi diri (kelemahan dan kelebihan) dan penggalian potensi wilayah.
Aku diminta untuk memilih antara kursus atau memilih untuk magang. Kuputuskan memilih untuk magang tapi aku sendiri yang memilih tempat magangnya sesuai dengan kemampuanku dibidang pembuatan dompet. Sebenarnya tidak hanya sekedar magang, aku coba untuk bekerja di perusahaan pembuatan dompet yang lain yang skalanya lebih besar di bandingkan tempat kerjaku yang lama dengan harapan gaji yang didapatkan akan jauh lebih besar.
Selang satu bulan menjalani proses magang, lembaga KAP mengadakan pelatihan kewirausahaan selama dua hari. Materi yang diberikan menggugahku untuk memiliki usaha sendiri, materi yang paling kusukai ada dua; model bisnis kanvas dan simulasi bisnis. Rasanya seperti berada dalam pusaran bisnis betulan, mengalami untung dan rugi dan bagaimana mengatur strategi dalam menjalankan bisnis. Aku dan kelompokku mengalami kerugian besar ketika materi simulasi bisnis. Biaya yang dikeluarkan cukup besar sedangkan barang produksi kurang terkontrol kualitasnya alhasil kami merugi.
Pulang pelatihan banyak segudang ide berkecamuk dalam pikiranku, rasanya ingin cepat-cepat menyelesaikan proses magang kerja dan memulai usaha sendiri. Namun jika dipikir-pikir lagi, aku tidak punya modal usaha. Tidak ada dana besar untuk punya usaha sendiri, bayang-bayang ketika pelatihan terus saja mengikutiku. Pendampingku mengatakan untuk memulai usaha tidak melulu menggunakan uang, manfaatkan peralatan yang ada dan perluas jaringan.
Aku curhat pada Aang, rupanya Aang menyambut baik keinginanku. Aang rela menjual handphone terbarunya demi niatku, betapa trenyuhnya aku pada pengorbanan Kakak laki-lakiku ini. Rupanya Bapak mendengar niatku untuk punya usaha sendiri, Bapak datang ke tempatku tinggal yang nota bene rumah mertuaku. Bapak datang dengan terisak dan meminta maaf kepadaku karena sudah menjauhkan dirinya dengan keluarganya terutama dengan Mamah.
Saat itu usaha ayah sudah bangkrut. Semuaproduksi pesanan dihentikan oleh Bapak, Bapak mulai tidak realistis ujarnya. Perusahaan langganan Bapak pun sangat kecewa dengan keputusan sepihaknya dengan menghentikan produksi. Bapak lalu menghilang selama satu tahun, pantas saja rumah Bapak dan bengkel selalu kosong ketika kudatangi. Tidak ada yang tahu kemana ia pergi yang aku ingat Mamah hanya menangis ketika kutanya di mana keberadaannya dan seingatku perhiasan yang Mamah gunakan pun tidak bersisa sedikitpun.
Aa hapunten kalepatan Bapak nya bageur, Bapak seueur lepat Ka Aa, Mamah, ka Aang, ka sadayana. Bapak teu tiasa masihan nanaon ka Aa, di bengkel aya mesin juki hiji tiasa dianggo ku Aa kanggo ngadamel usaha nyalira, mugi-mugi mangpaat nya A” ujar Bapak dengan lirih.
Bapak memberiku sebuah mesin juki sebagai modal awal, aku merasa sangat senang sekali Tuhan memberikan jalan. Sesaatteringat nasehat penyemangat Mamah untukku kalau jika ada niat dan kita berusaha, pasti Tuhan tidak akan tinggal diam. Aang juga selalu memberikan support padaku untuk maju serta tidak ragu untuk menggelontorkan uangnya demi memodaliku.
Ya memang, cerita harus segera di mulai. Diantara proses magangku, aku mulai juga usahaku sendiri. Kukumpulkan beberapa teman yang sudah punya kemampuan membuat dompet sebagai pegawai, melalui mereka pula aku dapat informasi kalau salah satu brand sedang ingin membuat dompet. Kuberanikan diri mendatangi pemilik brand tersebut dan menawarkannya agar mau mau membuatnya di tempatku. Alhamdulillah brand tersebut setuju, ini produksi awalku sebagai seorang wirausahawan walauuntuk produksi pertama jumlah pesanannya tidak banyak.
Kami memproduksi pesanan dompetnya dengan hati-hati dan tepat waktu, rupanya mereka puas dan berniat untuk menambah produksi. Tidak berselang lama dari situ, salah satu brand distro di jakarta pun memberi penawaran produksi melalui salah satu temanku yang juga bekerja bersamaku membangun usaha ini. Cukup fantastis buatku, mereka ingin memproduksi dompetnya 300 buah per minggu.
Ya Tuhan semuanya mulai terwujud denganperlahan dan semuanya untuk keluargaku, anak dan istriku, Mamah, Bapak, Aang dan kedua adikku. Segera kukirimkan smsberita bahagia ini kepada Mamah di kampung, “Mah, alhamdulillah. Ku doa Mamah ka Aa, ku kanyaah Mamah ka Aa, ayeuna Aa tiasa ngawujudkeun mimpi Aa. Aa sono ka Mamah, mugia Mamah sehat. Aa sono mulih ka lembur ke Aa mulih kaditu minggu payun Mah”.
Jadi teman, apa mimpi kalian?


18 Maret 2014





Konfederasi Anti Pemiskinan Indonesia (KAP)

Singgah di website KOnfederasi Anti Pemiskinan Indonesia (KAP Indonesia) www.kapindonesia.org, KAP Indonesia merupakan lembaga nirlaba yang berdiri pada tahun 2004 pasca Tsunami Aceh. KAP Indonesia memahami kemiskinan rakyat sebagai suatu kondisi yang lahir dari tatanan yang tidak adil (akses yang tidak sama karena hanya dikuasai segelintir orang) yang dijalankan terus menerus secara sistematis sehingga melahirkan ketimpangan ekonomi, sosial, politik, sosial, budaya dan hukum. Proses panjang penyingkiran, pemiskinan, dan pembodohan terhadap rakyat terutama terjadi pada mereka yang berada pada lapisan sosial-ekonomi, politik dan budaya terpinggir dan terbawah.

06 April, 2014

FIGHT EVERYDAY NOT TO DIE ANOTHER DAY

Gue gay! Gue adalah gay bermartabat, guega jauh beda kok dengan laki-laki lainnya,,

 

Sehari-hari gue bekerja di salah satu department store ternama sebagai seorang kasir. Pekerjaanku memilah bahan makanan, cairan pembersih lantai, perabot dapur dan barang-barang lainnya kemudianmerekam harga barang dari barcode ke alatscaning barang satu persatu lalu menghitungnya dengan mesin register.

 

Saat ini hidup gue ga sepi lagi,,perfectmalah. Riuh pembeli dan kehadiran gue di sini nggak lagi berasa jadi makhluk asing di dalam museum yang ditonton sama pengunjung. Berjenis kelamin cewek ataucowok kah, ngondek atau engga mereka ga peduli, yang penting semua terlayani dengan baik dan cepat.

Kadang gua kangen masa-masa itu, masa keemasan gue sebagai boti yang bergelimang materiGue laki-laki penyuka sejenis! Seringkali orang-orang disekitarku mencibir dan nyinyir karena bahasa tubuhku bahkan tidak jarang anak kecil yang melihatku langsung berteriak, “Banci banci banci!” padahal gua sama ajadengan makhluk lainnya. Pengen dapet kasih sayang dari pasangannya walaupun ketertarikan gue sama cowok lagi.

Pura-pura ngerasa hidup gak kosong dengan maen, nge-mallngegadun, karaoke, dugemtapi setelah nyampe kostanblassszzzzzz,,,gue balik lagi ngerasa sepi, hening. Saat itu, bahagia adalah materi, cekakak-cekikik di tempat dugematau ngafe di tempat keren kota Bandung sambil maenin hape bb adalah bahagia.Bahkan kalo bisa sih pengennya tiap hari ke dugem. Ga malu rasanya pamer keceriaanbareng temen-temen dan pamer kemesraan dengan pacar cowok gue sama pegunjung dugem lain, saat itu indah adalah bahagia. Have fun adalah nafas,,

Nama gue DK, gue anak ketiga dari tiga bersaudara. Gue lahir sebagai seorang anak laki-laki dari sepasang suami istri. Mereka bahagia sekali ketika lahir anak laki-laki ini, disayang-sayang, ditimang-timang, hujan pelukan dan ciuman ketika gue jadi bayi kesayangannya. Gue adalah bayi tampan dan membahagiakan keluarga besar Papah dan Mamah. Kulit putih,rambut hitam juga tebal gue waktu bayi jadi salah satu kebanggaan mereka. Waktugue udah mulai tengkurap, tumbuh gigi dan mulai merangkak merupakan saat-saat yang membahagiakan luar biasa bagi mereka. Gue adalah sumber kehidupan bahagia mereka.

Gue dan dua kakak gue tumbuh menjadi anak-anak yang sehat dan bahagia. Kebutuhan hidup selalu terpenuhi dengan baik dan hampir-hampir gak ada kesulitan ekonomi yang berarti dalam keluarga gue.Papah punya pekerjaan yang bagus di Jakarta dan keluarga gue menjadi keluarga yang beruntung karena gak pernah kesusahan secara ekonomi tapi sayangnyaPapah hanya cukup kasih materi. Kami sekeluarga tinggal berjauhan dengan Papah selama bertahun-tahun dan hanya pulang ketika weekend itu pun tidak setiap minggu, seringnya satu bulan sekali Papah pulang ke Bandung.

Papah ga cukup ngasi kami perhatian atau sekedar ngobrol dengan ketiga anaknya.Papah terlalu sibuk kerja sementara Mamahjuga keliatan sangat kerepotan mengurus ketiga anaknya sambil mengurus rumah. Guetau Mamah sayang anak-anaknya tapi merawat tiga anak tentunya bukan hal yang mudah.

Gue tumbuh jadi anak laki-laki yang putih dan keren. Waktu SMP gue juga punya pacarcewek yang cantik dan keren. Cewek gue jadi idola cowok-cowok di sekolah, sayangnya mereka ga terpilih. Doi lebih memilih gue yang ganteng dan kalem, apalagi kulit gue juga putih tapi hubungan gue ga lama. Cewek gue mutusin gue, dia curiga gue punya kelainan. Katanya gue centil, banyak temen cewekdibanding temen cowok dan gue juga lebihrumpi. Gue ga peduli tuh putus sama dia dan ga inget sejak kapan gue jadi lebih cantik dan rumpi dibanding pacar gue.

Hal yang lebih gue inget terus waktu SMP adalah waktu pelajaran olah raga dan Mr.P. Guru olah raga tampan yang pertama kali bikin gue jatuh cinta sama cowoktapi dear, semuanya juga berawal dari rumah. Semenjak gue tumbuh jadi anak remaja dan kenal banyak temen,keliatannya keluarga gue kayak punya pandangan yang beda sama gue. Papah danMamah nampak membedakan gue dengan dua kakak gue, katanya gue keperempuan-perempuanan padahal gue bukan anak perempuan. Seringkali kakak gue juga bilang, Kakak malu punya adik yang kelakuannya mirip-mirip banci. Hellooowww padahal gue sama aja kayakdulu, gue DK. Gue bukan banci tapi gue suka laki-laki!

Sepulang sekolah, seingatku waktu itu kelas 3 SMP. Di rumah udah banyak orang, Mamah menangis dan sedang dipeluk samaAmih (nenek). Kedua kakakku juga nampak sedang terisak. Ketika masuk pintu rumah, Mamah langsung histeris sambil memelukku.Mamah bilang Papah meninggal dan jenazahnya sedang dalam perjalanan menuju Bandung. Saat itu rasanya dada berasa ditonjok, sakit, bingung, hilang arah. Gue langsung ambruk ga sadarkan diri,,

De, Ade bangun sayang”, suara Mamah membangunkan.

Kepergian Papah mengubah segalanya, kami ga punya pegangan hidup. Ga ada lagi yang biayain keluarga, kami hidup dari sisa-sisa uang yang dimiliki. Tunjangan dari tempat Papah kerja yang diberikan untuk keluarga, Mamah pakai untuk biayainkeluarga. Sampai tiba saatnya Mamah memutuskan untuk pindah ke kota kelahirannya di Sukabumi, Mamah ingin memulai hidup baru di sana dan memulai usaha dengan sisa uang yang ada.

Gue memutuskan buat tetep tinggal di Bandung karena di sini udah banyak teman dan mereka semua juga sangat sayang sama gue jadi gue pikir Mamah ga usah terlalu khawatir gue sendiri di Bandung. AwalnyaMamah ga setuju, katanya gue belum bisa mandiri, apalagi gue juga baru kelas 1 SMA. Lama-kelamaan setelah gue bisa yakinin Mamah bahwa gue bisa hidup mandiri di sini akhirnya Mamah setuju gue tinggal di Bandung.

Awalnya gua tinggal bareng Kakak yang udah nikah tapi karena pengen ngerasa bebas dan ga ada yang ngatur-ngatur, gue sering nginep di tempat temen. Seringkali ketika pulang, Kakak marah besar dan ngatain gue macem-macem tapi saat itu telinga gue bebal, ga gue denger sama sekali ocehannya.

Akhirnya gue ngekost, atas seizin Mamah dan Mamah setuju untuk biayain gue. Saat itu, gue lagi seneng-senengnya kumpul bareng temen, clubing, minum dan segala macem hal baru gue cobain. Bahkan hampir tiap malem gue keluyuran ke tempat dugem bareng temen-temen sampai-sampai seringkali gue bangun kesiangan dan akhirnya bolos sekolah.

Lama-kelamaan duit menipis karena kebiasaan gue, duit bulanan kiriman dari Mamah udah habis dalam sekejap bahkan ga sampe seminggu, sisanya tinggal recehan.Gue harus memutar otak buat dapet tambahan duit gimana pun caranya lalu ada temen nawarin Gedes buat kencan. Awalnya gua ragu sama tawarannya tapi mengingat bayarannya lumayan gede cuman buat nemenin Om-Om ngobrol doang akhirnya gue setuju.

Gue dipertemukan di salah satu tempat karaoke ternama di kota Bandung, rupanya si Om udah nunggu dari setengah jam yanglalu. Gue deg-degan abis, baru kali ini gue mesti kencan dengan laki-laki yang seumuran dengan Papah. Bingung juga mesti ngobrol apa pikir gue karena tugas gue katanya cuman nemenin si Om ngobrol aja. Si Om nampak sudah mahir dan luwes dengan kehadiran gue, Om langsung meluk pinggang gue dan nawarin minum, “Mau minum apa?” tawarnya. Awalnya agak kagok juga tapi karena pembawaan Om yang supel dan tatapan matanya yang tajam bikin jantung gue berasa copot sekaligus penasaran. Gue hanyut dalam obrolan dan tangannya yang mulai ngerabain paha gue.

Rupanya cara dapet duit yang cepet ini mulai sering menggoda gue, tidak hanya sekedar kencan dengan ngobrol gue jalanin, kencan dengan ML gue terima karena bayarannya juga lebih fantastis. Gue terima panggilan kencan tapi gue lebih milih kencan sama Om-Om. Kencan pertama gue di tempat karaoke itu rupanya makin bikin tajem ketertarikan gue samacowok.

Sekolah gue makin bobrok, banyak pelajaran gue lewatin. Uang SPP kiriman dari Mamah juga ga pernah gue bayarinmalah gua pake buat seneng-seneng, alhasil nunggak sampe berbulan-bulanlah. Pihak sekolah akhirnya manggil gue dan minta Mamah datang ke sekolah kalo ga segera dilunasin. Gua panik, panik sejadi-jadinya karena ga mau Mamah tau kalo uang yang Mamah kirim ga pernah gue bayarin ke sekolah. Gue sayang Mamah tapi gue juga ga mau mamah tau kelakuananaknya yang pasti bikin sedih.

Saat itu dapet duit rasanya gampang banget tapi gampang juga abisnya. Duit sekolah gua embat buat seneng-seneng apalagi duit dapet kencan, jelas gue pake buat seneng-seneng juga dong. Sekolah makin ancur dan akhirnya sekolah mutusin buat ngeluarin gue.

Mamah kecewa berat, kakak-kakak gue jelas kena semprot karena kelakuan gue. Gue balik disemprot sama Kakak tapi anehnya gue berasa ga peduli gitu sama ocehan mereka yang kepikiran saat itu cuma have fun, kelayapan, clubing, uang dan gadun. Gue bener-bener menjauh dari kehidupan keluarga gue, hubungan gue dengan Mamah pun makin memburuk, komunikasi makin ancur.

Kebutuhan gue makin meningkat, gue juga punya pacar cowok yang mestinya juga biayain gue. Kalo cowok gue udah mulai ga mampu biayain gue, gue pun milih putus. Jaringan gue pun makin luas, gue banyak dapet temen kencan dari internet, via fb, MIRC dan lainnya. Temen gue pun makin banyak,  gue juga sering tuker-tukeran konsumen sampai satu waktu gue diajak sama temen gue ke satu rumah bernama KAP. Gue dikenalin sama orang-orang di situ, ada Bu E, Pak Aa, Pak Ag dan lainnya, di rumah itu juga ada anak-anak seumuran gue pada ngumpul, ada juga yang lagi curhat sama Bapak dan Ibu di situ.

Setelah beberapa kali datang ke situ, ternyata rumah itu bener-bener jadi rumah, gue bisa curhat, dapet banyak info dan dapet temen-temen baru. Seringkali gue nginep dan kadang gue pulang kesana setelah semaleman kelayapan ngedugem. Ga dibukain pintu sih tapi gue sama temen-temen malah bertahan tiduran di terasnya. Gue sama temen-temen ga diijinin masuk sampe akhirnya pas subuh Pak Aa menyuruh  kami masuk dengan galaknya, kami lalu dimarahin abis-abisan tapi rasanya nikmat banget karena ocehan Pak Aa rasanya seperti kasih sayang seorang ayah sama anaknya.

Gue juga dapet kondom dan bisa periksa gratis karena sempet gue punya keluhan disekitar anus, sakit waktu kencing dan demam setelah gue kencan. Awalnya gue ga mau periksa karena ngerasa ga ada yang salah dengan badan gue, gue coba minum obat warung tapi ga sembuh juga. Gue diminta periksa IMS tapi gue nolak karena ngerasa ga ada hubungannya antara demam dengan IMS tapi setelah dijelasinakhirnya gue nurut.

Gue ngerasa ada jalan keluar dengan pemeriksaan kesehatan itu. Gue jadi keenakan karena ngerasa di sini bisa diobatin gratis maka gue pun ngerasa ga perlu takut buat dapet temen kencan lainnya. Salah emang sih tapi saat itu gimana lagi, gue ga punya penghasilan lain dan rasanya ga ada kesempatan buat gue buat kerja di tempat yang bener, apalagi gue putus sekolah.

Well, just bring the condom,,gue ga pernah lepas dari kondom semenjak gue dapet banyak info tentang HIV dan AIDS dari “rumah”. Hidup gue terus berputar dari temen kencan satu ke temen kencan lainnya, dari Om satu ke Om lainnya. Penghasilan gue fantastis tapi pengeluaran gue pun lebih fantastis.Rupanya ga cukup gue jual diri, gue juga mulai coba-coba jual temen-temen gueapalagi Mamah juga udah mulai ga kirim uang semenjak hubungan kami memburuk.

Kelakuan gue makin ngawur tapi ada satu yang selalu bikin gue penasaran, “rumah” selalu ada buat gue. Waktu gue terpuruk, orang-orang di rumah selalu ada buat gue, gue bisa curhat kapan aja. Mereka lebih dari sekedar temen yang perhatian, mereka udah jadi Bapak dan Ibu baru buat gue. Mereka juga yang bantu gue buat ngakurin sama Mamah dan kasi kesempatan gue buatkursus desain grafis.

Hubungan gue sama Mamah membaik, Mamah tahu aktifitas gue dan Mamah juga tau gue punya pacar cowok. Mamah kecewa berat tetapi dear, hati seorang Ibu tetep aja maafin anaknya yang khilaf. Mamah juga yakinin gue bahwa gue bisa berubah walau perlahan. Gue tau Mamah menaruh harapan besar sama gue buat mandiri di jalan yang bener dan Mamah juga yakin kalo gue bisa, itu sebenernya yang menguatkan gue.

Gue mulai coba nyari kerjaan yang bener, kebetulan di “rumah” punya kenalan ke beberapa tempat yang bisa terima guekerja. Gue ngelamar pake ijazah seadanya dan mulai kerja disebuah restaurant tapi sayangnya cuman bertahan dua hari, rasanya ga betah kerja di sana selain gajinya kecil, kerjanya cukup berat dan gak ada libur. Gue balik lagi ke aktifitas lama walau sebenernya kadang gue jenuh mesti dapet duta dengan cara menjual diri dan ML. Lo liatkan bukan gua ga berusaha tapi kerjaannya terlalu berat buat gua. Apa gue kurang bersyukur kali ya,,tapi gue ga berlebihan kan berharap dapet kerjaan yang gajinya gede,,

Lagi-lagi “rumah” kasih kesempatan buat gue, gue ambil paket C dengan bantuan mereka. Ga kebayang, mereka tetep bantugue walau gue sia-siain kesempatan kerja yang dikasih. Gue selesain pendidikannya dan dapet ijazah persamaannya, bersyukur banget bisa punya ijazah SMA setelah semua yang gue laluin. Tinggal setahap lagi, gue pengen kerja lagi dan ya seperti yang udah pernah terjadi berkali-kali, gue coba buat kerja tapi lagi-lagi keluar karena ga betah, gajinya kecil dan lain sebagainya. Gue sadar sih, sampai kapan gue begini terus,,walaupun gue brengsek, gue tetep pengen hidup bener, hidup normal dan bikin bahagia Mamah walau prosesnya panjang.

Mamah bukan engga kurang mendukung, Mamah selalu support bahkan sesekali datang ke Bandung buat nengokin anak bungsunya. Mamah juga udah ga peduli dengan orientasi seksual gue yang penting gue bisa hidup mandiri dan bener bahkan Mamah juga ga ragu buat ketemu dengan pacarcowok gue. Cowok gue juga ngasi dukungan yang sama besarnya buat hidup gue, “Lo bisa De, lo bisa dapet impian lo dan bahagiain mamah yang penting lo fokus” katanya.

Sampe akhirnya gue dikasi kesempatan lagi sama “rumah” buat magang di salah satu department store ternama di kota Bandung,sebenernya gue udah pernah ngelamar tiga kali di tempat ini tapi dulu ga pernah diterima. Gue coba untuk fokus di tempat kerja yang sekarang, kalo dipikir-pikir kerja apa sih yang ga capek, kayanya dulu gue nya aja yang kelewat manja, ga berani ambil resiko dan ga mau jalanin proses.

Gue ambil ujian persamaan dan bertahan dengan pekerjaan gue adalah cara gue buat bahagiain Mamah. Hidup mandiri dengan penghasilan yang belum seberapa adalah bukti keseriusan gue buat berubah. Ini yang gua bilang berubah, dari sikap gue yang dulu seenaknya, kini jadi lebih bertanggungjawab terhadap diri sendiri dan kerjaan tentunya. Gue berubah karena Mamah, gue berubah karena cowok gue, gue juga berubah karena gue jenuh dengan kehidupan malam yang ga ada manfaatnya selain cuman ngabisin duit doang.

Sekarang gue bersemangat banget buatberjuang dan jalanin perubahan hidup gue, gue semangat buat berproses jadi lebih baik walaupun banyak banget godaan di luar sana yang ga berhenti gangguin. Belum temen-temen yang ngajakin maenmalem dan nawarin gadunudah gue coba tahan dan bersyukur banget gue bisa bilang NO! Yeahhhh gue bisa,,sekarang bahkan yang gue pikirin kerja kerja kerja, maen masalah nanti, toh ada jadwal libur yang bisa gue nikmatin.

Guys, sukses itu proses untuk berubah jadi lebih baik dan bukan melulu tentang besarnya duit yang lo dapetin. Selama lo masih pada hidup, lo wajib berjuang dan ga kalah dengan kematian nasib.

 

 

Anita Gayatri

17 Maret 2014


GLOSARI

Ngondeklelaki yg berlaku lemah gemulai dan tidak

menunjukkan kejantanan. 

BotiLaki-laki yang berperan sebagai perempuan dalam

 hubungan sesama jenis/homoseksual

Dugem: Club Malam.

Nge-mall: Jalan-jalan ke Mall.

Gadun/Gedes: lelaki yang rata-rata usianya di atas 35 Tahun

 yang banyak uangnya.

Ngegadun: Kencan dengan lelaki yang rata-rata usianya di

 atas 35 Tahun yang banyak uangnya.

Rumpi: Cerewet.

Banci: Laki-laki yang berperilaku dan berpenampilan

 seperti perempuan.

ML: Berhubungan seksual.

 

04 Februari, 2014

Sepatu sandal baru


Biru warna sepatu sandalnya, sambil berharap anak akan menyukainya. Sepertinya ibu terlalu berfikir kalau anak akan suka karena warna terang dan model ya yang ibu pikir keren,,hmmm.
Sesampainya di rumah seperti biasa anak tanya sama Ibu, "Ibu bawa apa?"

Biru warna sepatunya, sambil berharap anak akan menyukainya. Sepertinya ibu terlalu berfikir kalau anak akan suka karena warna terang dan modelnya  yang ibu pikir keren,,hmmm
Sampai di rumah seperti biasa anak tanya sama Ibu, "Ibu bawa apa?" lalu Ibu jawab, "ibu nggak bawa apa-apa (sepatunya ibu masukin tas supaya jadi kejutan)".
Ibu lalu masuk kamar mandi cuci tangan dan kaki sambil senyum-senyum berharap anak akan menyukai hadiah dari ibu.
"De, ini ibu bawa kejutan. Suka nggak sama sepatunya?" 
Diliat sebentar sama anak lalu anak bilang engga suka,,(😔 selfish nya,,)
jawab, "Sepatu baru Jauzaa
Biru warna sepatunya, sambil berharap anak akan menyukainya. Sepertinya ibu yang berfikir kalau anak akan menyukainya karena warna terang dan model sepatunya yang ibu pikir keren,,hmmm
Sampai di rumah seperti biasa anak tanya sama Ibu, "Ibu bawa apa?" Ibu jawab, "ibu nggak bawa apa-apa (sepatunya ibu masukin tas supaya jadi kejutan)".
Ibu lalu masuk kamar mandi cuci tangan dan kaki sambil senyum-senyum berharap anak akan menyukai hadiah dari ibu.
"De, ini ibu bawa kejutan. Suka nggak sama sepatunya?" 
Diliat sebentar sama anak lalu anak bilang engga suka,,(😔 sedihnya,,)



27 November, 2009

Buku untuk Dumilah

Kami bertemu pada saat yang kurang tepat. Aku, 'Dumilah' duduk memandangi bulan di kursi taman, pada saat itu pikiranku terbang pada sebuah kalimat ciptaanku, “Tepatnya sudah 5 tahun yang lalu semenjak aku mulai memutuskan untuk menempatkan hati pada ujung kanan yang paling belakang”. Labirin di sekeliling taman begitu mendukung keputusan penempatan rasa, kami (labirin dan aku) sama-sama belum menemukan akhir dari cerita.

Dari langit sebelah kiri muncul cahaya yang tiba-tiba jatuh, aku dan labirin mengangkat tangan, pertanda sama-sama tidak mengerti…

Dumilah dan labirin bertanya-tanya dengan hembusan basah dari bibir-bibirnya, Dumilah dengan dua katup bibirnya dan labirin dengan teka-teki bibirnya yang penuh jelajah.

Cahaya yang jatuh itu sekarang berada di depanku tapi posisinya membelakangiku, dalam beberapa hari dia berada pada posisi yang sama tapi ketika hari ke-28 cahayanya membalik dan berhadap-hadapan denganku. Cahaya itu memiliki semua yang ada pada diriku, mata yang sama, hidung yang sama, tangan-kaki yang sama, keinginan yang sama (sepertinya) dan dia memiliki sebuah nama, Fritz.

(Pada hari ke-29) Aku dan Fritz mulai berbincang; Fritz menjelaskan mengenai kedatangannya di taman ini pada malam ke-28 itu. Ternyata Fritz datang bersama mimpi yang membisikkannya dari atas sumur kering yang dinding-dindingnya berongga, Fritz tertidur di dasarnya. Dalam mimpinya, Fritz bersama seorang gadis kecil berkepang dua berjalan pada sebuah lorong. Lorong yang dimasukinya tidak cukup besar tapi cukup untuk satu badannya yang mungil. Pada dinding lorong itu banyak tertempel lukisan-lukisan aneh salah satunya lukisan tentang empat balon kecil dan satu balon sangat besar. Ke-empat balon kecil itu berwarna hijau, biru, kuning, merah sedangkan yang besar berwarna hitam pekat, selanjutnya gadis itu tidak terlalu memperdulikan keberadaan lukisan balon-balon itu.

Mereka melanjutkan perjalanannnya. Pada penghujung lorong ada sebuah pintu hijau bertuliskan, “comment allez vous?”. Si gadis berkepang kemudian masuk. Di dalam ruangan itu terdapat rak-rak kayu berisi buku layaknya sebuah perpustakaan. Dilihatnya satu-per satu buku-buku pada rak pertama,….gadis berkepang terkejut karena semua buku yang ada dihadapannya bertemakan Tuhan diantaranya; Taman bermain Tuhan, Boneka-boneka Tuhan, Musik Tuhan pada sebuah taman. Buku terakhir inilah yang dia putuskan untuk dibaca. Pada halaman pertama terdapat tulisan, “Kelahiran melalui proses yang berputar-akan tetap mabuk untuk menemukan kematian kemudian hidup lagi dan kehidupannya yang kedua akan berakhir pula dengan kematian dalam keadaan mabuk”. Pada halaman kedua tertulis, “Swing, musik yang paling menggairahkan untuk membuat kita tetap berteman dan bertanya pada Tuhan”. Pada halaman ketiga Fritz terbangun dan mendapatkan dirinya dalam sebuah taman labirin. Fritz nampak sangat bersemangat sekali..

Aku, Dumilah begitu terkagum-kagum dengan cerita Fritz, kalau saja aku diberi kekuatan untuk bisa bermimpi lagi. Dulu mimpiku bercerita tentang sebuah ketetapan nistha yang tidak kunjung habis, tentang gadis India dalam cerita Tagore yang melempar manikam merahnya kejalanan untuk mencari perhatian pangeran berkuda, mimpi lain yang tidak jauh berbeda dengan Fritz adalah tentang balon-balon. Dalam mimpiku ada 3 balon pada sebuah taman kota yang selalu diikatkan pada guillotine, ya… memang taman kota yang berada dalam mimpiku merupakan tempat eksekusi para penjahat dan tiga balon itu selalu mengiringi kepergian para penjahat bersamaan dengan terpenggalnya kepala-kepala mereka.

Balon pertama berwarna hitam, kedua merah dan yang ketiga berwarna hijau. Balon hitam melambangkan Tuhan, merah melambangkan kejahatan, sedangkan hijau melambangkan algojo (si pemenggal kepala), mimpi selalu saja berakhir ketika kepala dipenggal dan balon mulai dilepas, seolah-olah memberitahukan pemenggalan adalah proses hidup.
Setelah mimpi taman guillotine, aku mengalami kesulitan melanjutkan mimpi-mimpi, lalu aku mulai menulis sebuah buku mengenai skenario-skenario kelanjutan mimpi. Skenario yang aku buat agak melenceng dari tujuan awal mimpi yang datang, aku manambahkan 1 balon berwarna kuning diantara ketiga balon, aku juga menambahkan cerita percintaan.

Wanita dalam ceritaku adalah wanita yang paing diinginkan baik oleh Tuhan, penjahat dan algojo. Sebelum adanya rutinitas prosesi pemenggalan ketiganya saling bersahabat. Mereka selalu bersama-sama dalam berdiskusi, mabuk dan berpetualang sampai akhirnya mereka harus terpisah karena wanita yang sama-sama mereka cintai. Wanita itu adalah pendongeng, banyak sekali anak-anak yang menyukainya karena cerita-ceritanya membuat anak-anak bahagia.

Suatu saat sang wanita bercerita kepada anak-anak di taman yang ditempati oleh Tuhan, penjahat dan algojo. Cerita yang disampaikan begitu mengalir dan seolah-olah hidup, anak-anak menjadi begitu bersemangat. Ternyata cerita-ceritanya juga menarik perhatian Tuhan, penjahat dan algojo sampai pada akhirnya mereka ikut mendengarkan hingga cerita yang keseratus.

Pada akhir cerita ke seratus, ketiganya merasakan jatuh cinta yang betul-betul elegan. Banyak usaha-usaha yang mereka lakukan untuk membuat si wanita tertarik, mulai dari tawaran untuk melihat surga dan neraka, memberikan berlian hasil curian dari surga sampai meminjamkan koleksi kapak yang paling tajam diseluruh arena jagat raya.

Sayangnya semua tawaran itu ditolaknya, tidak satu pun yang membuat pendongeng begitu berarti, tidak ada satupun yang membuat pendongeng bahagia selain membuat anak-anak bahagia.

Dia sadar jika dia memilih maka dia hanya akan dijadikan sebuah cerita.

Pada akhir masa, pendongeng justru jatuh cinta kepada seorang filosof, dia lebih memilih untuk menerima tawaran perkasihan dari seorang filosof yang bertempat tinggal di sudut taman. Skenario Dumilah berakhir sampai disini.

Fritz takjub tidak percaya dengan imajinasi mimpi Dumilah yang hampir sama dengannya, mimpi yang juga berada dalam buku pikiran karya Fritz dengan berjudul “Mimpi dalam mimpi”. Sebelumnya Fritz selalu ketakutan mimpinya akan diketahui oleh Tuhan tapi setelah mendengar cerita Dumilah, Fritz semakin yakin bahwa mimpinya sudah diketahui oleh Tuhan karena sebagian kecil mimpi-mimpi yang datang mungkin rekaan Tuhan.

Tiba-tiba saja Dumilah menjadi sangat khawatir dan gelisah jika skenarionya akan dicuri Tuhan untuk diberikan kepada mimpi orang lain……………………………………………………………...

Keadaan menjadi sangat hening, akhirnya Fritz dan Dumilah bersepakat untuk saling memberikan karyanya dalam mimpi yang akan mereka lewati malam ini secara sembunyi-sembunyi. Mereka bersepakat untuk tidak bangun lagi demi menjaga buku-buku mereka dan mimpi-mimpi mereka. Mereka berjanji untuk bertemu dalam mimpi, untuk berjuang mempertahankan buku-buku. Dumilah berencana untuk meminjam kapak algojo dan meminta bantuan labirin untuk menyakiti semua pencuri mimpi.


April-Mei 2002

26 November, 2009

perang umput 1

Peperangan dimulai ketika kita tidak meyakini adanya bintang. Tidak meyakini adanya padang ilalang, tidak meyakini adanya kunang-kunang juga salam sapa, tetapi senyum, obsesi dan mimpi akan mengubah peperangan menjadi menjadi realita indah yang tidak hanya dimainkan dalam panggung. Ketika salam sapa menggema diantara lorong-lorong rumah, itu menjadi sebuah pertanda bahwa tidak ada peperangan dalam hati dan rumput pun kembali hijau.

Lelaki tanpa wajah………….




Memandang dari sudut kerudungnya
Matanya sama sekali tak terlihat, bahkan wajahnya ikut bersembunyi
Rambut-rambut tipis menyembul dari kerudung
Hitam dan nampak seperti mendung

Kami tidak saling berbicara walau kami sudah bersama semenjak cahaya dari bintang jatuh ke dalam sumur, tepatnya 28 hari yang lalu. Fairy tale yang kudengah dua puluh tahun yang lalu dari ibu merupakan cerita awal dari perjalanan hidup lalu berlanjut dengan cerita sumur…Knock knock…kuketuk pintu sumur…..hallo ada orang di dalam?
Lelaki tanpa wajah berdiri dingin di sampingku, tanpa suara, tanpa detak, tanpa darah….
Lelaki tanpa wajah meraba wajahku…dingin, tangannya mulai basah..seperti air dingin yang menyiram wajahmu ketika suhu menunjuk 15 derajat celcius…….
Kupegang jemarinya yang merabai wajahku dan saat itu aku tahu mengapa dia mendatangiku…..



10:18 AM, room 318-171109